Tafsir Surat As-Sajdah Ayat 4-5



MEMBAHAS TAFSIRAN SURAT AL-SAJADAH AYAT 4-5

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ مَا لَكُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا شَفِيعٍ أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ. يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Bagimu tidak ada seorang pun penolong maupun pemberi syafaat selain Dia. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
“Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu”.

A.    Analisis Linguistik

Kata ايام  adalah jama’ dari kata يوم , menurut bahasa berarti hari. Ada dua pendapat mengenai pemaknaan kata ايام  dalam ayat ini. Pertama, dikemukakan dalam kitab Shafwatu al-Tafasir, yang dimaknai dengan “hari” yang telah kita ketahui biasanya, yakni 1 kali 24 jam. Sebaliknya, makna kata ايام  yang kedua adalah “masa” atau “waktu”, pendapat ini disampaikan dalam kitab al-Mishbah. Pemaknaan yang kedua disebabkan sebelum terciptanya langit dan bumi belum ada malam dan siang. Jadi tidak bisa diartikan dengan “hari” sebagaimana yang kita kenal biasanya.
M. Quraish Shihab menjelaskan kata استوى makna hakikinya bermakna “bersemayam”, memaknai dengan kata “bersemayam” dirubah ke dalam makna majazi oleh ulama-ulama setelah abad ketiga dengan tujuan untuk menjelaskan atau memudahkan dalam memahami ayat ini. Maka kata “bersemayam” diganti dengan makna “berkuasa”.
Penggunaan satu ta’ memang sering digunakan dalam al-Qur’an, namun tidak jarang juga menggunakan dengan dua ta’. Sebagaimana dua ta’ pada kata تتذكرون dalam ayat ini. al-Biqa’i berpendapat bahwa dua ta’ ini memberi pengertian besar dan perhatian yang menuntut.
Ayat 5 al-Sajadah:
     Kata يدبر , kata dasarnya adalah dari fi’il madhi دبر  yang berarti belakang. Menurut penjelaskan dari Tafsir al-Mishbah bahwa ”belakang” yakni dampak atau akibat dari segala pemikiran atau pengaturan yang diperhitungkan dengan matang.
     Di dalam kitab al-Duru al-Mantsur kata الامر  makna dasarnya adalah “urusan”, dalam ayat ini menjelaskan “urusan” yang dimaksud adalah segala urusan dunia. Sebagaimana hadis sebagai berikut:
وَأخرج ابْن جرير وَابْن الْمُنْذر عَن ابْن عَبَّاس رَضِي الله عَنْهُمَا فِي قَوْله {يدبر الْأَمر} قَالَ: هَذَا فِي الدُّنْيَا تعرج الْمَلَائِكَة فِي يَوْم مِقْدَاره ألف سنة     
          "Diriwayatkan dari Ibnu Jarir dan Ibnu al-Mundhir dari Ibnu ‘Abbas r.a. dalam firman Allah يدبر الامر  , Ibnu ‘Abbas berkata: Ini adalah urusan dunia yang para Malaikat naik dalam satu hari kadarnya adalah seribu tahun".

            Kalimat الف سنة  berarti “seribu tahun”, namun dalam bahasa Arab kata ini merupakan simbol dari angka yang sangat banyak. Walaupun saat ini bahasa Arab telah mengadopsi kata asing seperti biliyyun. Ada beberapa dalil mengenai pengertian kalimat الف سنة , dua di antaranya yang dikemukakan oleh Imam Jalaluddin al-Suyuthi:
أخرج ابْن جرير عَن عِكْرِمَة رَضِي الله عَنهُ {ألف سنة مِمَّا تَعدونَ} قَالَ: من أَيَّام الدُّنْيَا
          Diriwayatkan dari Ibnu Jarir dari ‘Ikrimah r.a.(mengenai kalimat) ألف سنة مِمَّا تَعدونَ, dia berkata: dari hari di dunia”.
وَأخرج الْفرْيَابِيّ وَابْن جرير وَابْن أبي حَاتِم وَالْحَاكِم وَصَححهُ عَن ابْن عَبَّاس رَضِي الله عَنْهُمَا فِي قَوْله {يدبر الْأَمر من السَّمَاء إِلَى الأَرْض ثمَّ يعرج إِلَيْهِ فِي يَوْم كَانَ مِقْدَاره ألف سنة} قَالَ: من الْأَيَّام السِّتَّة الَّتِي خلق الله فِيهَا السَّمَوَات وَالْأَرْض
            “Diriwayatkan dari al-Furyabi dan Ibnu Jarir Khatim dan al-Hakim dari Ibnu ‘Abbas r.a. dalam firman-Nya يدبر الْأَمر من السَّمَاء إِلَى الأَرْض ثمَّ يعرج إِلَيْهِ فِي يَوْم كَانَ مِقْدَاره ألف سنة berkata: enam hari sebagaimana penciptaan langit dan bumi oleh Allah”.

B.     MUNASABAH
Imam al-Maraghi menyatakan bahwa setelah ayat sebelumnya menjelaskan bukti nyata tentang risalah, maka ayat ini merupakan penjelasan mengenai kewajiban Rasulullah dalam berdakwah, yakni membuat percaya pada keesaan Allah Swt. dengan menjelaskan ciptaan dan kekuasaan Allah sebagai bukti keagungan-Nya.
C.    POKOK-POKOK PIKIRAN, PESAN DAN KANDUNGAN AYAT   

Ayat ke-empat dari surat al-Sajadah adalah sebagaimana disebutkan dalam kitab Shafwatut al-Tafasir, yakni mengenai keagungan Allah, sebagai argumen dan bukti kuasa dan keesaan Allah. Allah menciptakan langit, bumi, dan seisinya dalam enam masa. Walaupun sangatlah mungkin bagi Allah untuk menciptakan langit dan bumi serta isinya dalam satu kedipan mata. Namun, ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa segala sesuatu itu tidak datang tiba-tiba, harus melalui suatu proses.
Imam al-Maraghi menambahkan bahwa bukan hanya itu, selain Allah menciptakan langit, bumi dan seisinya. Dia tidak berhenti sampai di situ. Melainkan Dia juga berkuasa atas segala sesuatu yang ada di dalamnya. Maka dinyatakan dalam ayat ini, bahwa kita harus berserah diri dan menjadikan Allah sebagai satu-satunya penolong. Sebab tidak ada yang bisa menolong dari pada Allah.
Dengan begitu, Allah memerintahkan kepada kita untuk merenungkan bukti-bukti yang menunjukkan kekuasaan dan keesaan-Nya. Maka Dia berfirman: أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ.
             Surat al-Sajadah ayat ke-lima dijelaskan dalam kitab Tafsir al-Lubab bahwa Allah mengatur segala urusan-urusan makhluk-Nya dengan sangat baik. Dari mulai kedudukan yang amat tinggi kemudian semua urusan tersebut pada satu hari akan naik dalam masa seribu tahun.

            Pula pendapat yang disampaikan oleh Ibn ‘Asyur dalam memahami firman-Nya di atas, yakni ayat ke-lima surat al-Sajadah dalam arti semua pengaturan makhluk dari langit sampai ke bumi sejak masa penciptaan-Nya, sampai hancurnya langit, bumi dan seisinya yang pada akhirnya akan kembali kepada Allah dengan cara kembali dengan ciri dan sifat-sifatnya masing-masing.

A.    Kesimpulan
Surat al-Sajadah ayat ke-empat dan ke-lima merupakan argument-argumen yang diberikan kepada pembangkang atau orang yang tidak mempercayai Nabi Muhammad. Mengutarakan keagungan Allah dengan segala ciptaan-Nya, yang dimulai dari menciptakan langit, bumi dan seisinya. Bukan hanya itu, Allah telah mengatur apa-apa yang ada di dalam genggaman kekuasaan-Nya sampai nanti ketika urusan-urusan tersebut kembali kepada Allah.
  
           

           
           
           

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Term Dalam Logika

Tafsir bir Ra'yi

PEMBUKUAN ILMU HADIS