TAFSIR SURAT AS-SAJDAH AYAT 21



ANCAMAN ADALAH KESEMPATAN
(Tafsir Surat al-Sajdah ayat 21)
Oleh: Sri Fajri Yanti

Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa sanya Surat al-Sajdah bisa dikelompokkan kepada 3 pembahasan pokok yaitu, ­al-Risālah (Utusan), al-Tauhīd (Keesaan Tuhan), dan al-Ḥasyr (Perkumpulan/Hari Kiamat).  Ayat 21 ini masuk dalam pembahasan al-Ḥasyr karena berisi tentang balasan orang-orang fasik (kafir) pada Hari Kiamat. Ayat ini juga masih memiliki keterkaitan dengan ayat sebelumnya yakni ayat 20. Namun yang ditekankan pada ayat 20 adalah keadaan orang-orang fasik (kafir) di Neraka sedangkan yang ditekankan pada ayat 21 adalah ancaman terhadap mereka di dunia. Berikut adalah uraian tafsir Surat al-Sajdah ayat 21.
وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (21)
“ Dan Kami bersumpah akan merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat sebelum azab yang lebih besar, mudah-mudahan mereka kembali.”
A.     Analisis Linguistik
Pada ayat ini, ada beberapa kata yang menarik atau menjadi perhatian untuk dianalisis. Diantaranya;
وَلَنُذِيقَنَّهُمْ  Dalam susunan ini terdapat wau qasm (sumpah), lam jawab dari maqsum bih yang dibuang, dan nun taukīd tsaqīlah. Adanya sumpah dan taukīd memiliki fungsi menguatkan. Artinya suatu pekerjaan yang dilakukan benar-benar akan terjadi.  Karena Allah bersumpah, sedangkan Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Sehingga bisa dipahami bahwa sanya Allah bersumpah benar-benar akan menjatuhkan siksaan kepada mereka.
الْأَدْنَى  Imam ‘Ali al-Shābūnī  dalam kitabnya Shafwah al-Tafāsīr mengartikan kata ini dengan الاقرب dan الاقلّ yang berarti dekat atau sedikit. Begitu juga دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَر  mengartikannya dengan قبل عذاب الآخرة  .
لَعَلَّهُمْ Dalam ilmu nahwu, ada 2 fungsi لَعَلَّ  yaitu للترجّى (pengharapan yang mungkin terjadi) dan للتمنّى (berangan-angan/tidak mungkin terjadi). Sedang dalam ayat ini memiliki fungsi للترجّى sehingga dapat dipahami bahwa sanya mereka ada kemungkinan untuk kembali ke jalan yang benar.
Balaghah
Muqābalah (Perbandingan)
Muqābalah merupakan salah satu bagian dari ilmu balaghah kategori badi’. Muqābalah adalah dua lafadz atau lebih dalam suatu kalimat kemudian diikuti oleh dua lafadz atau lebih yang berlawanan artinya.
Dalam tafsir Mafātih al-Ghaib karya Imam Fakhruddin al-Rāzī dijelaskan bahwa dalam ayat ini terdapat muqābalah atau perbandingan dua kata yakni kata الْأَدْنَى dan الْأَكْبَر . Namun muqābalah ini menyalahi kaidah pada umumnya karena;
1.      Kata الْأَدْنَى (dekat) seharusnya berbandingan dengan الأقصى\الأبعد (jauh). Karena lawan dari dekat adalah jauh, bukan besar. Sedangkan dalam ayat ini kata الْأَدْنَى (dekat) berbandingan dengan kata الْأَكْبَر (besar).
2.      Kata الْأَكْبَر (besar) seharusnya berbandingan dengan الأصغر (kecil). Karena lawan dari besar adalah kecil. Sedangkan dalam ayat ini kata الْأَكْبَر (besar) berbandingan dengan kata الْأَدْنَى (dekat).
Imam Fakhruddin al-Rāzī menjelaskan alasan mengapa al-Qur’an menggunakkan dua kata tersebut pada ayat ini. Menurutnya, penggunaan dua kata tersebut memiliki hikmah atau memiliki tujuan untuk mengancam atau menakut-nakuti (للتهديد\للتخويف). Diantaranya;
1.      Jika kata الْأَدْنَى (dekat) diganti dengan الأصغر (kecil), maka ayat ini tidak memberikan kesan ancaman. Karena azab yang diberikan di dunia adalah azab yang kecil, sehingga mereka (orang-orang kafir/yang suka bermaksiat) akan menyepelekan hal tersebut dan akibatnya mereka terus berbuat dosa.
2.      Jika kata الْأَكْبَر (besar) diganti dengan الأقصى\الأبعد (jauh), maka ayat ini tidak memberikan kesan ancaman. Karena azab yang diberikan di akhirat adalah azab yang jauh, sehingga mereka akan beranggapan bahwa siksaannya masih lama dan akibatnya mereka akan menunda-nunda taubat.

B.     Makna Ayat
Yang menjadi perhatian para ulama ahli tafsir dalam memahami ayat ini ada pada kata الْعَذَابِ الْأَدْنَى (azab yang dekat) dan الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ (azab yang lebih besar). Karena dua kata tersebut masih mengandung ketidakjelasan sehingga dibutuhkan penafsiran untuk memahaminya. Adapun untuk mengetahui apa maksud dari azab yang dekat dan azab yang lebih besar maka biasanya dilakukan penelusuran hadis yang berkaitan dengan ayat ini , apakah Nabi menjelaskan ayat ini atau tidak. Salah satunya dengan menggunakkan kitab al-Durr al-Manṣūr fī al- Tafsīr al-Ma’ṣūr karya Imam Jalaluddin al-Suyūṭī yang berisi hadis-hadis baik itu dari perkataan Nabi, perkataan sahabat atau tabi’in, yang berkaitan dengan makna suatu  ayat al-Qur’an atau biasa disebut dengan Tafsir bil Ma’tsur. Berikut ini adalah uraian hadis yang terdapat dalam kitabnya Imam Jalaluddin al-Suyūṭī.
Ø  Perkataan Nabi (Hadis Nabi)
وَأخرج ابْن مرْدَوَيْه عَن أبي إِدْرِيس الْخَولَانِيّ رَضِي الله عَنهُ قَالَ : سَأَلت عبَادَة بن الصَّامِت رَضِي الله عَنهُ عَن قَول الله ﴿ولنذيقنهم من الْعَذَاب الْأَدْنَى دون الْعَذَاب الْأَكْبَر﴾ فَقَالَ : سَأَلت رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم عَنْهَا فَقَالَ هِيَ المصائب والاسقام والانصاب عَذَاب للمسرف فِي الدُّنْيَا دون عَذَاب الْآخِرَة قلت : يَا رَسُول الله فَمَا هِيَ لنا ؟ قَالَ : زَكَاة وطهور.
Ø  Perkataan Sahabat
أخرج الْفرْيَابِيّ وَابْن منيع وَابْن جرير وَابْن الْمُنْذر وَابْن أبي حَاتِم وَالطَّبَرَانِيّ وَالْحَاكِم وَصَححهُ وَابْن مرْدَوَيْه والخطيب وَالْبَيْهَقِيّ فِي الدَّلَائِل عَن ابْن مَسْعُود رَضِي الله عَنهُ فِي قَوْله ﴿ولنذيقنهم من الْعَذَاب الْأَدْنَى﴾ قَالَ: يَوْم بدر ﴿دون الْعَذَاب الْأَكْبَر﴾ قَالَ: يَوْم الْقِيَامَة ﴿لَعَلَّهُم يرجعُونَ﴾ قَالَ: لَعَلَّ من بَقِي مِنْهُم يرجع.
وأخرج ابن جرير وابن المنذر وابن ابى حاتم عن ابن عباس رضي لله عنهما فى قوله ﴿ولنذيقنهم من الْعَذَاب الْأَدْنَى﴾ قال : مصائب الدنيا واسقامها وبلاياها يبتلى الله بها العباد كي يتوبوا.
Ø  Perkataan Tabi’in
وأخرجه الفريابى وابن جرير وابن أبى حاتم عن مجاهد ﴿ولنذيقنهم من الْعَذَاب الْأَدْنَى﴾ قال : عذاب الدنيا وعذاب القبر.
وأخرج الفريابى وابن جرير عن مجاهد فى قوله ﴿ولنذيقنهم من الْعَذَاب الْأَدْنَى﴾ قال : القتل والجوع لقريش فى الدنيا والعذاب الأكبر يوم القيامة قى الآخرة.
Seperti halnya dalil yang dikemukakan diatas, Imam ‘Ali al-Shābūnī menafsirkan kata الْعَذَاب الْأَدْنَى sebagai azab dunia seperti, terbunuh, tawanan (perang badar), dan musibah. Sedangkan العذاب الأكبر sebagai hari kiamat. Demikian juga dalam kitab-kitab tafsir seperti al-Baghāwī, al-Qurṭūbī, al-Lubāb dan yang lainnya menafsirkan الْعَذَاب الْأَدْنَى dengan riwayat dari Muqātil:
وقال مقاتل : الجوع سبع سنين بمكة حتى أكلوا الجيف والعظام والكلاب
“Muqātil berkata: (azab yang dekat adalah) kelaparan di Mekkah selama 7 tahun sampai mereka makan bangkai, tulang dan anjing.”
Sehingga jika diambil kesimpulan, yang dimaksud azab yang dekat adalah musibah ketika di dunia, seperti terbunuh, tawanan (perang badar), kelaparan (orang-orang Quraisy), musim kemarau, penyakit, cobaan dan siksa kubur. Namun pendapat yang mengatakan siksa kubur itu lemah/minoritas karena terjadi setelah kematian, sedangkan yang menjadi tujuan dari ancaman adalah untuk bertaubat/kembali ke jalan yang benar. Dan tidak ada perdebatan mengenai maksud azab yang besar adalah hari kiamat.
الْعَذَاب الْأَكْبَر
(azab yang besar)
الْعَذَاب الْأَدْنَى
  (azab yang dekat/didunia)
يوم القيامة
(hari kiamat)
القتل (يوم بدر)
الأسر\السبي (tawanan)
الجدب\القحط بمكة
(musim kemarau di Mekkah)
الجوع لقريش(kelaparan)
البلايا\الأمراض(musibah/penyakit)
عذاب القبر(siksa kubur)










C.     Kandungan Ayat
Dalam tafsir al-Munīr karya Imam Wahbah al-Zuhailī menafsikan dhomīr hum  pada kalimat  وَلَنُذِيقَنَّهُمْ sebagai orang-orang kafir dan orang-orang yang berbuat maksiat, sehingga bisa dipahami bahwa sanya pada ayat ini Allah bersumpah akan menjatuhkan sebagian siksa dunia kepada mereka (orang kafir/orang yang bermaksiat) secara langsung atau melalui kaum muslimin atau sebab lain, seperti terbunuh, musim paceklik, kegelisahan hidup, dan lain-lain sebelum siksa yang lebih besar lagi yakni hari kiamat, supaya mereka kembali ke jalan yang benar, supaya mereka bertaubat. (Tafsīr al-Mishbah)
            Konteks
Dalam ayat ini Allah menggunakkan sumpah sebagai penguat bahwa siksa dunia benar-benar akan terjadi kepada mereka. Hal ini terbukti pada masa Rasulullah, mereka (orang-orang kafir) mengalami kekalahan pada perang Badr dan mengalami masa paceklik selama 7 tahun. Ini merupakan siksa bagi mereka dengan terbunuhnya para tokoh musyrik di peperangan Badr akibat dari kekafiran mereka dan tidak mau menerima kebenaran.
Bukan hanya itu, diakhir ayat disebutkan لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (supaya mereka kembali ke jalan yang benar). Pada intinya, Allah mempunyai alasan mengapa memberikan ancaman di dunia kepada orang-orang kafir pada saat itu, yaitu supaya yang tersisa dari mereka bertaubat sebelum ajal mereka datang dan supaya terhindar dari siksa yang besar (hari kiamat). Dan hal ini juga terbukti dengan masuk Islamnya orang-orang musyrik. Namun bagi mereka yang masih tetap dalam kekafiran maka mereka akan merasakan siksa di dunia dan di akhirat.
            Kontekstualisasi
Setelah melihat kekalahan orang-orang kafir pada perang Badr dan masa paceklik di Mekkah maka ayat ini bisa dianggap bahwa khitobnya untuk orang-orang kafir dan orang-orang yang berbuat maksiat pada masa itu. Namun ada kaidah;
العبرة بعموم اللفظ لا بخصوص السبب
Intinya, ayat ini bukan dikhususkan untuk orang-orang kafir pada masa itu saja, namun lihat keumuman lafadz yang digunakkan. Jadi ayat ini bisa berlaku untuk umat Nabi Muhammad yang kafir dan yang berbuat maksiat. Akibatnya mereka akan diberikan siksa dunia seperti musibah, penyakit, kesedihan, kegelisahan hidup, konflik Israel dan lainnya.
Apakah  tidak tau ? Sesungguhnya maksud dari ancaman tersebut adalah hanya untuk membuat mereka kembali kepada Allah. Betapa Allah Maha Penyayang, karena tidak ingin membiarkan hamba-Nya berada dalam kesesatan. Ini bisa berarti bahwa sanya Allah masih memberikan kesempatan kepada mereka dengan dijatuhkannya ancaman didunia, supaya mereka bertaubat dan terhindar dari siksa akhirat.
Contoh kecil dalam kehidupan sehari-hari; ketika ada siswa yang terlambat ke sekolah maka ia akan dihukum dengan di jemur di lapangan. Seorang guru memberikan hukuman tersebut bukan karena benci atau berniat untuk menyakiti tapi hanya untuk memberi pelajaran dan kesempatan supaya tidak melakukan hal itu kembali di hari mendatang.
Terkadang ancaman bukan sebatas siksaan yang diberikan melainkan sebagai kesempatan untuk kembali kepada Yang Maha Kuasa.
Wallahu a’lam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Term Dalam Logika

Tafsir bir Ra'yi

ALAM KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADIS