Term Dalam Logika



  1. Pengertian Term
Partap Sing Mehra dalam bukunya “Pengantar Logika Tradisional” menjelaskan bahwa term adalah “kata”[1] atau “kesatuan kata-kata” yang dapat digunakan sebagai subjek atau predikat dalam sebuah proposisi logika.[2] “Kata” atau “kesatuan kata-kata” yang tak mungkin dipergunakan sebagai subjek atau predikat, dalam pengertian logika bukanlah merupakan sebuah term. Jadi tidak semua kata dapat dianggap sebagai term, meskipun setiap term itu terdiri dari kata.[3] Sedangkan menurut Dr. W. Poespoprodjo, SH, pengertian term adalah pernyataan ide atau konsep dalam kata atau sejumlah kata. Pembagian term sama dengan pembagian yang berlaku pada konsep atau ide. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosial, maka terdorong untuk mengungkapkan pikirannya. Oleh karena itu, digunakan tanda-tanda sebagai sarana hubungan.[4]
Kata-kata yang tanpa bantuan kata-kata lain dapat digunakan sebagai term disebut kata-kata kategorimatis, seperti misalnya: orang, putih, makan, dan lain-lain. Sedangkan kata yang tidak dapat digunakan sebagai term kalau tidak dibantu oleh kata-kata lain disebut kata-kata sinkategorimatis. Misalnya proposisi: “Bumi adalah planet yang berputar mengelilingi matahari”, “Bumi” dipergunakan sebagai kata sinkategorimatis, sedangkan kata-kata lainnya dalam proposisi ini yang berdiri sebagai predikat digunakan sebagai kata-kata sinkategorimatis.
  1. Fungsi Term
Pada umumnya term mempunyai dua fungsi, yaitu berfungsi denotasi dan konotasi. Denotasi adalah nama ataua tanda dari suatu benda atau sejumlah benda yang ditunjukkan oleh term itu. Konotasi adalah kualitas atau karakteristik dari suatu benda atau sejumlah benda yang ditunjukan oleh term sehingga term itu tidak dapat lagi dipergunakan untuk benda-benda lain. Antara denotasi dan konotasi terdapat hubungan timbale balik yang erat, artinya jika yang satu bertambah maka yang lainnya akan berkurang, dan sebaliknya. Dalam hal ini terdapat berbagai kemungkinan:
1.      Jika denotasi bertambah, konotasi berkurang.
2.      Jika denotasi berkurang, konotasi bertambah.
3.      Jika konotasi bertambah, denotasi berkurang.
4.      Jika konotasi berkurang, denotasi bertambah.
Untuk menjelaskan ini marilah kita perhatikan term “manusia” sebagai contoh. Denotasi dari term “manusia” meliputi semua manusia dan hanya manusia. Konotasinya meliputi animalitas dan rasionalitas. Jika kita perluas denotasinya dengan menambahkan “semua binatang yang lainnya”, maka konotasinya akan berkukrang menjadi animalitas saja. Sebaliknya jika kita perluas konotasinya dengan menambahkan atribut “beradab”, maka denotasinya akan berkurang karena term “manusia” itu kemudian hanya akan dapat dipergunakan untuk menunjukan “manusia yang beradab” saja, tidak menunjukan “semua manusia” seperti yang dimaksudkan sebelumnya.

  1. Jenis-jenis Term
Telah kita ketahui bahwa suatu term adalah “kata” atau “kelompok kata-kata” yang dapat dipergunakan sebagai subjek atau predikat dalam sebuah proposisi. Berikut ini akan dijelaskan jenis-jenis term:
1.      Term Bersahaja dan Komposit
Dinamakan “term bersahaja” yakni apabila term terdiri dari hanya satu kata saja, misalnya: manusia, kuda, rumah, dan lain-lain. Sebaliknya bila term itu terdiri lebih dari satu kata misalnya: kuda putih, rumah besar, dan sebagainya maka term ini dinamakan “term komposit”.
2.      Term Singular, General, dan Kolektif
Term Singular adalah term yang menunjukan satu objek saja. Misalnya: gunung yang tertinggi di Indonesia, Presiden pertama RI. Sedangkan term general adalah term yang dapat dipergunakan bagi setiap anggota klas dengan arti yang sama. Misalnya: manusia, buku, mahasiswa, dan lain-lain.
Lebih lanjut para ahli logika membagi lagi “term khusus” menjadi dua sub-klas, yaitu “term tunggal signifikan” dan “term tunggal non-sinifikan”. Term khusus yang menunjukan objek dengan mengemukakan kualitas yang tertentu, seperti: gunung yang tertinggi di Indonesia, Presiden RI yang pertama, dan sebagainya disebut “term tunggal signifikan”, sedangkan term khusus yang tidak menunjukan objek dengan mengemukakan kualitas tertentu dinamakan dengan “term tunggal non-signifikan”, misalnya: gunung yang tertinggi, Presiden RI, dan sebagainya.
Term kolektif adalah term yang dipergunakan untuk menunjukan sekelompok benda yang membentuk satu keseluruhan atau satu klas, misalnya: juri, mahasiswa, angkatan darat, dan lain-lain.
Term kolektif mungkin bersifat khusus dan umum. Term kolektif khusus adalah term kolektif yang hanya dapat dipergunakan untuk sekelompok benda-benda, misalnya: orang-orang Indonesia, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan lain-lain; jika term kolektif itu dapat dipergunakan untuk tiap-tiap kelompok, misalnya: mahasiswa, pelajar, dan lain-lain, disebut term kolektif umum.
3.      Term Positif, Negatif, dan Privatif
Suatu term dikatakan positif bila term itu menyatakan benda atau atribut yang ada. Dikatakan negatif bila term itu menyatakan benda yang tidak ada, dan dikatakan privatif bila benda atau atribut benda itu tidak ada pada waktu sekarang, tetapi mungkin dimilikinya pada waktu yang lain. Term privatif menyatakan bahwa suatu objek atau suatu benda biasanya memiliki kualitas, tetapi kualitas itu pada saat ini tidak ada, misalnya: buta, lumpuh, bisu, dan sebagainya. Seseorang disebut buta karena oleh suatu sebab pada suatu waktu ia tidak dapat melihat walaupun ia memiliki mata.
4.      Term Konkrit dan Abstrak
Term konkrit adalah nama benda, sedangkan term abstrak adalah nama kualitas atau kumpulan kualitas yang dapat dibicarakan terlepas dari hubungannya dengan suatu benda. Suatu term dikatakan konkrit kalau menunjukan suatu benda, artinya bila menunjukan seseorang, suatu objek, suatu kenyataan, atau apa saja yang mempunyai kualitas dan eksistensi tertentu. Misalnya meja, meja adalah suatu benda yang memiliki beberapa kualitas, misalnya: bentuknya, beratnya, rupanya, dan sebagainya pada suatu tertentu, pada tempat tertentu dan mempunyai hubungan dengan objek lain. Sebaliknya suatu term adalah abstrak, bila menyatakan kualitas atau kualitas terlepas dari eksistensi tertentu pada suatu waktu dan suatu tempat atau dalam hubungan dengan benda-benda lain, misalnya: persegi, putih, merah, dan sebagainya.
5.      Term Relatif dan Absolut
Term relatif adalah term yang tidak pernah dapat dipahami dengan sendirinya dan selalu harus ada hubungannya dengan benda atau kualitas yang lain. Dengan kata lain, term relatif adalah term yang selalu menunjuk benda yang lain dan artinya hanya dapat dipahami dari hubungannya dengan benda yang lain itu. “Abang” adalah term relatif, karena term ini tidak akan berarti kalau tidak ada dua orang bersaudara yang dilahirkan oleh orang tua yang sama. Demikian pula halnya sama dengan suami, istri, anak, orang tua, dan lain-lain.
Term Absolut adalah nama suatu benda atau atribut yang dapat dipahami dengan sendirinya dan tidak perlu dihubungkan dengan benda atau atribut lain. Misalnya: pohon, manusia, kuda, dan lain-lain.
6.      Term Sinonim dan Equivok
Term sinonim : Term yang mengacu pada berbagai benda dengan satu sebutan . Contoh : “bunga” menandai mawar, kamboja, anggrek
Term equivok adalah term yang mempunyai makna lebih dari satu dan umumnya mempunyai dua makna, seperti : bunga, bulan, buku dan lain sebaginya. Bunga bisa berarti adalah gadis manis nan cantik, bisa juga berarti bunga mawar yang merah nan harum dan bisa pula berarti bunga bank.
Bulan bisa bararti bulan yang ada dilangit (planet), bisa juga berarti bulan untuk perhitungan kalender. Begitu juga buku, buku bisa bararti panjang batang tanaman diantara dua ruas, dan bisa pula berarti kertas yang diikat sebagian sisinya yang kemudian dijilid.


[1] Kata adalah bunyi atau kesatuan bunyi yang mengandung arti tertentu.
[2] Proposisi dalam logika terdiri dari tiga bagian yaitu subjek, predikat, dan kopula. Subjek adalah bagian yang diberitakan atau disangkal. Predikat adalah bagian yang memberitakan atau menyangkal sesuatu tentang subjek. Sedangkan kopula adalah bagian yang menghubungkan antara subjek dan predikat.
[3] Partap Sing Mehra dan Jazir Burhan, Pengntar Logika Dasar, (Bandung: Bina Cipta, 1964), hal. 19
[4] Poespoprodjo dan Gilarso, Logika Scientifika, (Bandung: Pustaka Grafika, 2011), hal. 89

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir bir Ra'yi

ALAM KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADIS