TAFSIR SURAT AS-SAJDAH AYAT 12
وَلَوۡ تَرَىٰٓ إِذِ ٱلۡمُجۡرِمُونَ
نَاكِسُواْ رُءُوسِهِمۡ عِندَ رَبِّهِمۡ رَبَّنَآ أَبۡصَرۡنَا وَسَمِعۡنَا فَٱرۡجِعۡنَا
نَعۡمَلۡ صَٰلِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ ١٢
“Dan seandainya engkau melihat mereka ketika para pendurhaka itu
menundukkan kepala mereka di sisi Tuhannya, (mereka berkata): "Ya Tuhan
kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia),
kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
yakin."
Setelah pada ayat
sebelumnya termuat pengingkaran para pendurhaka tentang kebenaran akan adanya
hari Kemudian dan penegasan Allah bahwa mereka akan diserahi malaikat maut
untuk mencabut nyawa mereka, pada ayat ini disingkap apa yang akan terjadi bagi
para pendurhaka pada salah satu saat di hari kebangkitan. Sebelum menguraikan
makna yang terkandung di dalamnya, perhatikan terlebih dahulu potongan redaksi
ayat ini; “Dan seandainya engkau melihat bagaimana keadaan orang-orang
yang berdosa ketika menghadapi pengadilan Tuhan, kalau kamu melihat mereka
ketika para pendurhaka itu menundukkan kepala mereka di sisi Tuhannya, (mereka
berkata): "Ya Tuhan kami, kami sekarang telah dapat melihat
dan sudah mendengar…” dalam redaksi ayat ini tidak tertulis apa yang
terjadi dan tidak pula dijelaskan bagaimana kemudian yang akan dirasakan para
pendurhaka. Ali ash-Shabuni dalam kitabnya Shafwah al-Tafsir menjelaskan Allah
swt ingin mengisyaratkan bahwa kata-kata tidak mampu menjelakan karena keadaannya
amat mengerikan sehingga yang dapat diketahui dan terdengar nanti hanya ucapan
penyelasan mereka atas segala kesalahan juga pengingakaran mereka akan adanya
hari Kemudian. Sehingga kelak mereka akan memohon kepada Tuhan dan berjanji
untuk taat pada ajaran yang disampaikan Rasulullah Saw dengan mengatakan; maka
kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang yakin."
·
Kajian Linguistik Ayat
Selanjutnya, yang
kiranya perlu dibahas dalam ayat ini adalah pemaknaan dari beberapa kata yang
digunakan pada redaksi ayat. Berikut penjelasannya;
Penggunaan kata ( لو) pada awal ayat ini mempunyai makna ketidakmungkinannya hal yang
dibicarakan itu akan terjadi. Dalam kaidah tafsir, huruf (لو)ini termasuk dalam kategori Adat asy-Syareth, yakni “huruf-huruf
yang digunakan mensyarakan sesuatu”. (لو) dalam penguunaannya juga
diistilahkan dengan harf imtina li imtina, yakni huruf yang menggunakan
syarat, namun syarat itu tidak mungkin akan terjadi sehingga akibat/dampak dari
syarat tersebut juga tidak mungkin akan terjadi. Ini serupa dengan seseorang
berkata: Seandainya ayahnya belum wafat dia tidak akan terlantar. Kehidupan
sang ayah yang telah wafat, mustahil terjadi lagi, karena itu ketidakterlantaran
sang anak pun pasti tidak bisa terjadi, karena syaratnya tidak bisa terjadi. Salah
satu contoh ayat al-Qur’an lain yang menyangkut pengguanaan kata ini, seperti
firman-Nya;
لَوۡ كَانَ فِيهِمَآ
ءَالِهَةٌ إِلَّا ٱللَّهُ لَفَسَدَتَاۚ فَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ رَبِّ ٱلۡعَرۡشِ
عَمَّا يَصِفُونَ ٢٢
“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah,
tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai
´Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (QS. Al-Anbiya [21]: 22)
Ayat tersebut
diawali dengan menggunakan kata (لو) yang keberadaannya memengaruhi pada redaksi keseluruhan ayat.
Ketidakmungkinan adanya Tuhan selain Allah di langit dan bumi ini juga
berdampak pada kebinasaan yang akan terjadi.
Selanjtunya, kata (ترى)Pada ayat ini meskipun yang ditunjuk adalah Rasulullah Saw tetapi
dimaksudkan juga untuk keseluruhan manusia kelak di hari Kebangkitan. Dalam
buku kaidah tafsir seperti yang ditulis M. Quraish Shihab, kaidah semacam ini
termasuk dalam kelompok; redaksinya khusus tetapi kandungannya ditujukan untuk
umum, seperti kekhususan pada redaksi ayat mengenai menalak seorang istri yang
kandungannya dimaksudkan untuk umum. Allah berfirman;
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلنَّبِيُّ إِذَا طَلَّقۡتُمُ ٱلنِّسَآءَ فَطَلِّقُوهُنَّ لِعِدَّتِهِنَّ ....
١
“Wahai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka
hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya
(yang wajar)…” (QS. Ath-Thalaq
[65]: 1)
Kata (نا كسو)
terambil dari kata(نكس) yang berarti menjadikan
sesuatu yang di atas berada di bawah. Seorang yang bangga dan percaya diri,
atau yang angkuh, akan menegakkkan kepala. Berbeda dengan orang yang takut
atau merasa hina, dia akan menundukkan
kepala. Penundukan itu serupa dengan menjadikan yang di atas berada di bawah.
Dengan demikian, kata tersebut dipahami dalam arti kehinaan dan penyesalan atas
apa yang mereka lakukan selama ini.
Sering kali kata (عند) berarti di sisi bila menggambarkan keadaan seseorang di sisi Allah
seperti firman-Nya di atas (عند ربّهم) itu mengandung makna penghormatan, seperti
firman-Nya melukiskan para syuhada’ bahwa mereka itu hidup di sisi Tuhannya
denegan mendapat rezeki (QS. Ali Imran [3]: 169). Tetapi, karena koonteks
ayat ini adalah para pendurhaka, kata di sisi pada ayat di atas adalah
di sisi kekuasaan atau pemeriksaan-Nya.
·
Munasabah Ayat
Kandungan surah as-Sajdah
ayat 12 yang berisi tentang keadaan para pendurhaka kelak juga ucapan mereka
ketika menyaksikan hari kebangkitan. Ibnu Katsir menjelakan bahwa ayat ini memiliki
korelasi dengan ayat-ayat yang dalam surah lain redaksinya dalam konteks yang
sama. Seperti dalam firman-Nya;
وَلَوۡ تَرَىٰٓ إِذۡ
وُقِفُواْ عَلَى ٱلنَّارِ فَقَالُواْ يَٰلَيۡتَنَا نُرَدُّ وَلَا نُكَذِّبَ بَِٔايَٰتِ
رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٢٧
Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke
neraka, lalu mereka berkata: "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan
tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang
beriman." (QS. Al-An’am [
]: 27)
Kemudian dalam surah lain juga terdapat redaksi yang berdekatan
وَقَالُواْ لَوۡ كُنَّا
نَسۡمَعُ أَوۡ نَعۡقِلُ مَا كُنَّا فِيٓ أَصۡحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ ١٠
Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau
memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni
neraka yang menyala-nyala." (QS.
Al-Mulk [ ]: 10
Demikian pula hal yang sama seperti termaktub dalam QS. Maryam [ ]:
38;
أَسۡمِعۡ بِهِمۡ وَأَبۡصِرۡ
يَوۡمَ يَأۡتُونَنَاۖ لَٰكِنِ ٱلظَّٰلِمُونَ ٱلۡيَوۡمَ فِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٖ ٣٨
“Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya
penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami. Tetapi orang-orang yang
zalim pada hari ini (di dunia) berada dalam kesesatan yang nyata.”
·
Makna Ijmaly Ayat
“Dan seandainya engkau (siapa pun engkau) melihat ketika para pendurhaka itu
menundukkan kepala mereka di sisi yakni (di hadapan kekuasaan) Tuhan
mereka, (niscaya engkau akan melihat pemandangan yang tidak terlukiskan
dengan kata-kata. Ketika itu, mereka berkata):"Ya Tuhan kami, kami
telah melihat (apa yang disampaikan oleh para rasul-Mu dan mendengar suara
neraka, atau hardikan malaikat yang dahulu kami ingkari), maka kembalikanlah
kami (ke dunia tempat beramal, nanti di sana), kami akan mengerjakan
amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin” (yang sungguh
sempurna keyakinannya).“
·
Pesan Isi Kandungan Ayat
Hari
Kebangkitan adalah sebuah keniscayaan. Semua manusia bukan hanya yang taat
menjalankan perintah Tuhan dan mengikuti petunjuk Rasul-Nya akan merasakan
dahsyatnya hari Kebangkitan. Para pendurhaka khususunya, sebagaimana yang digambarkan
dalam ayat 12 ini. Adalah mereka yang selama hidup di dunia enggan melaksanakan
segala ajaran yang disampaikan Rasulullah Saw dan kemudian mengingkari adanya
hari Kebangkitan. Keadaan yang akan terjadi nanti tak mampu terlukiskan dengan
kata-kata, ini menunjukkan betapa mengerikannya kejadian saat hari pengadilan
Tuhan sehingga yang difirmankan-Nya hanya ucapan penyesalan para pendurhaka
yang kemudian memohon untuk dikembalikan ke dunia dan berjanji akan mengerjakan
segala amal shaleh seperti apa yang diperintahkan Tuhan.
Oleh karena itu,
al-Quran surah as-Sajdah ayat 12 ini seraya ingin berpesan kepada kita agar
senantiasa mengerjakan segala apa yang telah Allah perintahkan dan mengikuti
semua apa yang telah Rasululllah ajarkan. Dengan demikian kita tidak akan
termasuk orang-orang yang kelak dihadapkan dengan kejadian yang amat mengerikan
di hari pengadilan Tuhan. Sebagaimana pula yang telah diinformasikan al-Qur’an
bahwa apa yang telah dialami setelah kematian adalah hakikat sebenarnya
kehidupan. Memanfaatkan dengan sebaik
mungkin adalah kunci terpenting guna mengisi segala kesempatan untuk beribadah
kepada Allah selama hidup ini masih berjalan.
Sports toto Sports Betting in Tennessee
BalasHapusAs sports gambling is 사설 토토 사이트 legal in the state of Tennessee, the state of Tennessee requires sports betting licenses to run on What is Sports toto in Tennessee?How is sports betting legal?